
Hilirisasi Kakao, Langkah Strategis Gerakkan Pasar Global
Kakao menjadi salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia dengan nilai ekonomi tinggi, baik di pasar domestik maupun global. Saat ini, Indonesia menempati posisi tujuh besar produsen kakao dunia setelah Brasil dan Nigeria, dengan keunggulan kompetitif pada produk fermentasi dan single origin yang bernilai tinggi.
Di Sumatera, Provinsi Lampung tercatat sebagai salah satu pusat produksi utama. Data BPS menunjukkan, sentra perkebunan tersebar di Kabupaten Pesawaran, Tanggamus, dan beberapa wilayah lain. Lampung bahkan masuk dalam lima provinsi terbesar penghasil kakao di Sumatera. Kepala BRMP Perkebunan, I Ketut Kariyasa, menegaskan pentingnya penguatan rantai hulu hingga hilir dalam pengembangan komoditas ini. Hal tersebut disampaikannya dalam Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Strategis Hilirisasi Kakao Kabupaten Tanggamus, Rabu (24/9). “Tren global menunjukkan permintaan cokelat premium terus meningkat, khususnya kakao fermentasi dan produk single origin dengan cita rasa khas daerah. Kalau kualitas kakao meningkat, otomatis pasar semakin terbuka. Nilai tambahnya juga bisa kembali ke daerah,” ujarnya.
BRMP Perkebunan mendorong berbagai langkah strategis, mulai dari peningkatan produktivitas kebun rakyat, perbaikan kualitas pascapanen, hingga pembangunan industri pengolahan kakao di daerah. Pemerintah pusat juga menetapkan kakao sebagai salah satu dari tujuh komoditas prioritas hilirisasi tahun ini. Dengan dukungan mekanisasi, teknologi budidaya, serta kolaborasi lintas pemangku kepentingan, Lampung dinilai berpeluang besar menjelma sebagai motor penggerak industri kakao nasional. Momentum hilirisasi diharapkan tidak hanya memperkuat daya saing Indonesia di pasar global, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani serta meneguhkan Lampung sebagai sentra kakao unggulan Sumatera.