• Jl. Tentara Pelajar No. 1, Bogor 16111
  • (0251) 8313083; WA: 085282566991
  • brmp.perkebunan@pertanian.go.id
Logo Logo
  • Beranda
  • Profil
    • Overview
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Tugas & Fungsi
    • Pimpinan
    • Satuan Kerja
    • Sumber Daya Manusia
    • Logo Agrostandar
  • Informasi Publik
    • Portal PPID
    • Standar Layanan
      • Maklumat Layanan
      • Waktu dan Biaya Layanan
    • Prosedur Pelayanan
      • Prosedur Permohonan
      • Prosedur Pengajuan Keberatan dan Penyelesaian Sengketa
    • Regulasi
    • Agenda Kegiatan
    • Informasi Berkala
      • LHKPN
      • LHKASN
      • Rencana Strategis
      • DIPA
      • RKAKL/ POK
      • Laporan Kinerja
      • Capaian Kinerja
      • Laporan Keuangan
      • Laporan Realisasi Anggaran
      • Laporan Tahunan
      • Daftar Aset/BMN
    • Informasi Serta Merta
    • Informasi Setiap Saat
      • Daftar Informasi Publik
      • Standar Operasional Prosedur
      • Daftar Informasi Dikecualikan
      • Kerjasama
  • Publikasi
    • Buku
    • Pedum/ Juknis
    • Infografis
  • Reformasi Birokrasi
    • Manajemen Perubahan
    • Deregulasi Kebijakan
    • Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
    • Penataan dan Penguatan Organisasi
    • Penataan Tata Laksana
    • Penataan Sistem Manajemen SDM
    • Penguatan Akuntabilitas
    • Penguatan Pengawasan
  • Kontak

Berita BRMP Perkebunan

Pusat Perakitan dan Modernisasi Perkebunan

Thumb
10 dilihat       14 Juni 2025

Potensi Kelapa Genjah dan Pemenuhan Santan

Repost - agri.kompas.com

Kuntoro Boga Andri Kepala BRMP Perkebunan, Kementan

PRODUKSI kelapa di Indonesia masih sangat didominasi oleh jenis kelapa dalam, dengan luas lahan mencapai 3,50 juta hektar pada 2014 dan menurun menjadi 3,23 juta hektar pada 2023. Sebaliknya, kelapa genjah atau hibrida hanya mencakup sekitar 2–3 persen dari total areal, turun dari 104.500 hektar menjadi 87.400 hektar pada periode yang sama.

Secara produktivitas, kelapa genjah unggul dengan produktivitas sekitar 1,30–1,35 ton per hektar, dibandingkan rata-rata nasional 1,14 ton per hektar. Hal ini disebabkan oleh sifat genjah yang lebih cepat berbuah dan menghasilkan buah lebih banyak per pohon.

Sebaran produksi kelapa dalam terkonsentrasi di Riau, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, dan Jawa Tengah. Sementara itu, produksi kelapa genjah terkonsentrasi di Riau, yang menyumbang 72,4 persen total produksi genjah nasional, dengan kontribusi kecil dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Bara.

Tren Pasar dan Ekspor Santan 

Permintaan terhadap produk olahan kelapa, khususnya santan (coconut milk), terus menunjukkan tren peningkatan. Di dalam negeri, konsumsi produk kelapa naik 15 persen pada 2024, seiring dengan gaya hidup sehat dan meningkatnya minat terhadap pangan alami berbasis nabati. Produk seperti santan instan dan gula kelapa semakin diminati konsumen.

Sementara itu, ekspor santan Indonesia juga berkembang pesat. Sepanjang 2022, Karantina Manado mencatat ekspor 2.606 ton santan beku ke tujuh negara, termasuk China, Jerman, dan Australia, dengan nilai mencapai Rp 50,8 miliar. Pada awal 2023, ekspor perdana dari Minahasa Utara ke China mencapai 52 ton.

Sementara pada kuartal pertama 2025, Sumatera Barat mengisi pasar Inggris dan Malaysia dengan pengiriman sekitar 33.401 ton. Secara global, nilai pasar santan diperkirakan mencapai 1,3 miliar dollar AS pada 2025 dan terus tumbuh hingga 2,4 miliar dollar AS pada 2035, dengan laju pertumbuhan sekitar 5,8 persen per tahun. 

Tren ini didorong oleh meningkatnya konsumsi diet bebas laktosa, gaya hidup vegan, dan kesadaran akan manfaat lemak sehat seperti MCT dalam santan. Negara-negara tujuan ekspor utama mencakup China, Vietnam, Thailand, hingga negara-negara Eropa.

Meski kontribusi ekspor Indonesia masih kecil dibandingkan potensi global, tren positif terlihat dari peningkatan volume dan frekuensi pengiriman. Di sisi lain, harga santan instan di dalam negeri juga mengalami kenaikan, mendorong perhatian pemerintah terhadap stabilisasi harga dan efisiensi rantai pasok. 

Kelapa Genjah sebagai Bahan Santan 

Dari sisi ekonomi, kelapa Genjah memiliki sejumlah keunggulan strategis yang menjadikannya menarik bagi petani dan pelaku industri olahan. Salah satu kelebihannya adalah masa berbuah lebih singkat, yakni hanya 3–4 tahun setelah tanam, dibanding kelapa dalam yang memerlukan 6–7 tahun.

Produktivitasnya pun tinggi, dengan rata-rata 60–120 butir per pohon per tahun, tergantung varietas. Misalnya, Genjah Salak mampu menghasilkan hingga 120 butir per tahun, sedangkan Genjah Kuning Bali sekitar 60–110 butir. Meskipun ukuran buahnya lebih kecil (160–180 gram), produktivitas per hektar kelapa genjah dapat mencapai 1,30–1,35 ton, sedikit lebih tinggi dibanding kelapa dalam yang berada di kisaran 1,14 ton per hektar.

Beberapa varietas unggul seperti genjah pandan wangi dan genjah kopyor bahkan memiliki harga jual lebih tinggi karena keunikan rasa dan bentuknya. Sebaliknya, kelapa dalam menghasilkan buah yang lebih besar (300–500 gram per butir) tetapi baru mulai berbuah pada usia 6–7 tahun, dengan produktivitas awal sekitar 50–80 butir per pohon per tahun.

Meski produktivitasnya lebih rendah, kelapa dalam tetap dominan secara nasional karena menguasai sekitar 97 persen dari total areal perkebunan kelapa di Indonesia. Dari segi biaya, perawatan kelapa dalam dan genjah relatif setara.

Namun kelapa genjah lebih fleksibel untuk dibudidayakan di pekarangan atau lahan sempit yang kurang cocok untuk tanaman tinggi, sehingga cocok untuk pengembangan di daerah padat penduduk atau lahan marginal yang belum termanfaatkan secara optimal.

Baik kelapa dalam maupun genjah memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti santan cair, santan bubuk, santan instan, serta produk turunan seperti santan organik dan pangan fungsional. Namun, kelapa genjah lebih unggul dari segi siklus panen yang cepat dan potensi harga jual buah yang lebih tinggi pada varietas premium, menjadikannya ideal untuk industri rumah tangga skala kecil-menengah dan pasar modern.

Sementara itu, kelapa dalam tetap menjadi andalan industri besar, khususnya dalam produksi kopra, minyak kelapa, dan santan konvensional untuk pasar ekspor dan kebutuhan domestik dalam jumlah besar. Santan kelapa memiliki nilai gizi tinggi karena mengandung lemak rantai sedang atau Medium Chain Triglycerides (MCT), terutama asam laurat yang berfungsi meningkatkan metabolisme, mempercepat rasa kenyang, dan mendukung penurunan berat badan melalui proses termogenesis.

Selain itu, asam laurat akan diubah menjadi monolaurin yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antijamur, menjadikan santan sebagai pangan fungsional yang baik untuk sistem kekebalan tubuh.

Kelapa Santan juga mengandung antioksidan seperti vitamin E dan senyawa fenolik, serta mineral penting seperti kalsium, kalium, dan magnesium. Kandungan ini berperan penting dalam menjaga kesehatan jantung, fungsi saraf, dan keseimbangan elektrolit tubuh, sehingga konsumsi santan secara bijak dalam pola makan nabati dapat berkontribusi besar terhadap kesehatan masyarakat.

Pengembangan Kedepan

Pemerintah Indonesia perlu terus mendorong pengembangan kelapa genjah sebagai strategi untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. 

Pada 2023, Ditjen Perkebunan telah menetapkan target perluasan kebun kelapa seluas 4.600 hektar, yang terdiri dari 1.750 hektar kelapa dalam dan 2.800 hektar kelapa genjah. Upaya ini diperkuat dengan program peremajaan kelapa tua dan sertifikasi benih unggul untuk menjamin mutu bahan tanam.

Kementerian Perdagangan juga mengambil peran strategis dengan merumuskan kebijakan pengendalian ekspor kelapa bulat guna menjaga pasokan domestik, serta mendorong promosi produk kelapa olahan bernilai tambah di pasar internasional.

Langkah-langkah ini mencerminkan adanya sinergi antarlembaga untuk mengembangkan industri kelapa secara terpadu dari hulu ke hilir. Pemerintah tidak hanya fokus pada aspek produksi, tetapi juga mendukung rantai pasok dan akses pasar, sehingga pelaku usaha, koperasi petani, dan industri pengolahan mendapat ruang untuk berkembang secara berkelanjutan.

Dengan pendekatan yang terintegrasi, mulai dari penyediaan benih unggul, pelatihan teknis, peremajaan kebun, hingga fasilitasi ekspor, kelapa genjah dan kelapa dalam diharapkan dapat menjadi tulang punggung bahan baku industri santan nasional.

Strategi ini tidak hanya akan meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing global, tetapi juga menciptakan nilai tambah ekonomi yang nyata bagi petani. Selain itu, pengembangan kelapa genjah membuka peluang pemerataan pembangunan di berbagai sentra produksi kelapa yang selama ini kurang tergarap, khususnya di daerah dengan potensi budidaya genjah yang tinggi.

Prev Next

- PSI Perkebunan


Pencarian

Berita Terbaru

  • Thumb
    Mengembalikan Kejayaan Gambir Indonesia
    15 Jun 2025 - By PSI Perkebunan
  • Thumb
    Nilai Ekonomi dan Potensi Ekspor Kopi Luwak Indonesia
    13 Jun 2025 - By PSI Perkebunan
  • Thumb
    BPDP Mulai Susun Kajian Potensi dan Proyeksi Harga Kelapa Nasional
    12 Jun 2025 - By PSI Perkebunan
  • Thumb
    Minyak Warisan Rempah Nusantara
    11 Jun 2025 - By PSI Perkebunan

tags

BRMP Perkebunan Kelapa Kelapa Genjah

Kontak

(0251) 8313083; WA: 085282566991
(0251) 8336194
brmp.perkebunan@pertanian.go.id

Jl. Tentara Pelajar No. 1
Bogor 16111 - Jawa Barat
Indonesia
16111

website: http://perkebunan.brmp.pertanian.go.id/

© 2025 - 2025 Pusat Perakitan dan Modernisasi Perkebunan. All Right Reserved